pengantar metodologi riset

I. RISET

A. Pengertian Riset dan Pengetahuan Ilmiah

Pengetahuan disebut ilmiah jika dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

  1. Bersifat obyektif
  2. Bersifat luas
  3. Bersifat dalam
  4. Bersifat dalam
  5. Dapat diabstrasikan
  6. Dapat dikonkretisasi
  7. Berupa sistem
  8. Berkembang
  9. Memiliki disiplin dan metodis instrumentalis

B. Kriteria Riset Ilmiah

Menurut Nazir (1988) metode ilmiah harus mempunyai kriteria sbb :

  1. Berdasarkan pada fakta
  2. bebas dari prasangka
  3. menggunakan analisis
  4. menggunakan hipotesis
  5. menggunakan ukuran yang objektif
  6. menggunakan teknik kuantifikasi

Fakta jika dalam bentuk peristiwa harus memiliki unsur :

  1. Adanya subjek yang menimbulkan peristiwa
  2. adanya peristiwa
  3. adanya waktu dan tempat kejadian
  4. adanya objek yang diakibatkan oleh subjek yang menimbulkan peristiwa
  5. adanya latar muka kejadian
  6. adanya sebab-sebab kejadian
  7. adanya motif kejadian

C. Langkah-langkah Riset

  1. Mendefinisikan dan merumuskan masalah
  2. Melakukan studi kepustakaan
  3. Memformulasikan Hipotesis
  4. menentukan model
  5. Mengumpulkan data
  6. Mengolah dan menyajikan informasi
  7. Menganalisis dan menginterpretasi
  8. membuat generalisasi (kesimpulan) dan rekomendasi (saran)
  9. Membuat laporan

II. ETIKA DALAM RISET

Bagaimana hendaknya etika bagi peneliti/penilai suatu hasil riset terhadap responden, asisten dan klien.

  1. Etika peneliti pada responden

Dalam melakukan pengumpulan data, lindungi hak-hak responden, misalnya responden tidak akan merasa dirugikan, baik secara fisik maupun mental

  1. Etika Peneliti pada Klien

Klien berhak untuk mendapatkan hasil studi yang berkualitas.

  1. Etika peneliti pada asisten

Peneliti harus menuntut perilaku etis asisten. Perilaku asisten perilaku asisten dibawah pengawasan langsung peneliti sehingga jika asisten berbuat curang yang bertanggungjawab adalah peneliti.

  1. Etika Klien

Hendaknya klien tidak memaksakan peneliti untuk mengubah data.

III. Metode dan Desain Riset

A. Pemakaian Metode dan Desain riset

Beberapa literatur menyebutkan bahwa metode dan desain ini dianggap sama, tapi penulis mengikuti pendapat yang membedakan antara metode dengan desain, karena desain merupakan bagian dari keseluruhan metode riset.

B. Macam Metode Riset

  1. Metode sejarah

Kecenderungan metode ini bertumpu pada kegiatan mengevaluasi suatu objek seperti peristiwa atau tokoh masa lampau.

  1. Metode deskripitif

Menurut Traves (1978) metode ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.

Menurut Consuelo (1988) metode deskriptif terdiri dari beberapa macam yaitu:

a. Studi kasus

Penelitian yang rinci mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh termasuk lingkungan dan kondisi masa lalunya.

b. Survei

Digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki kenapa gejala-gejala tersebut ada.

c. Riset Pengembangan

Penelitian ini berguna untuk memperoleh informasi tentang perkembangan suatu objek dalam waktu tertentu.

d. Riset lanjutan (follow up)

Riset ini dilakukan setelah bila peneliti hendak mengetahui perkembangan lanjutan dari setelah diberikan perlakuan tertentu atau setelah kondisi tertentu.

e. Riset Dokumen (content analysis)

Penelitian dengan pengujian arsip dan dokumen.

f. Riset Kecenderungan (Trend Analysis)

Suatu penelitian yang bertujuan melihat kondisi yang akan datang dengan melakukan proyeksi atau ramalan.

g. Riset Korelasi

Penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi.

3. Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang diambil sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh. Variabel bebas dijadikan sebagai variabel eksperimen. Ary (1994) mengatakan bahwa konsep eksperimen dibagi dalam 3 kelompok yaitu :

a. variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi
b. semua variabel kecuali variabel terikat adalah konstan
c. pengaruh pemanipulasian variabel bebas atas variabel terikat dapat diamati atau diukur.

4. Metode Kausal-Komparatif (ex-post Facto)

Menurut Gay (1976) penelitian ini berjalan dengan cara menentukan akibat menemukan sebab.

5. Metode Partisipatory

Metode partisipatory memiliki beberapa prinsip yang harus dipenuhi, antara lain ia memiliki implikasi ideologi, memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, melibatkan semua partisipan yang terlibat dalam riset dimana mereka sadar.

C. Macam desain riset

1. Desain dalam merencanakan Penelitian
2. Desain dalam melaksanakan penelitian

a. desain sampel
b. desain instrumen
c. desain analisis
d. desain administrasi

D. Desain untuk riset kuantitatif dan kualitatif

Penelitian kualitatif umumnya sulit diberi pembenaran secara matematik, ia lebih kepada penyampaian perasaan atau wawasan yang datanya diambil berdasarkan sampel. Penelitian kuantitatif lebih berdasarkan kepada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penaksiran kuantitatif yang kokoh.

Sumber:

http://kampungonline.com/2008/08/pengantar-metodologi-riset/

PENYEBAB INFLASI DI INDONESIA

Krisis moneter yang melanda negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, telah menyebabkan rusaknya sendi-sendi perekonomian nasional. Krisis moneter menyebabkan terjadinya imported inflation sebagai akibat dari terdepresiasinya secara tajam nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, yang selanjutnya mengakibatkan tekanan inflasi yang berat bagi Indonesia.
Fenomena inflasi di Indonesia sebenarnya semata-mata bukan merupakan suatu fenomena jangka pendek saja dan yang terjadi secara situasional, tetapi seperti halnya yang umum terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang lainnya, masalah inflasi di Indonesia lebih pada masalah inflasi jangka panjang karena masih terdapatnya hambatan-hambatan struktural dalam perekonomian negara. Dengan demikian, maka pembenahan masalah inflasi di Indonesia tidak cukup dilakukan dengan menggunakan instrumen-instrumen moneter saja, yang umumnya bersifat jangka pendek, tetapi juga dengan melakukan pembenahan di sektor riil, yaitu dengan target utama mengeliminasi hambatan-hambatan struktural yang ada dalam perekonomian nasional..
Banyak study mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade; utang luar negeri; dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik.
Fenomena struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau kendala struktural dalam perekonomian di negara berkembang, sering disebut dengan structural bottlenecks. Strucktural bottleneck terutama terjadi dalam tiga hal, yaitu :
1. Supply dari sektor pertanian (pangan) tidak elastis. Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pengerjaan sektor pertanian yang masih menggunakan metode dan teknologi yang sederhana, sehingga seringkali terjadi supply dari sector pertanian domestik tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaannya.
2. Cadangan valuta asing yang terbatas (kecil) akibat dari pendapatan
ekspor yang lebih kecil daripada pembiayaan impor. Keterbatasan cadangan valuta asing ini menyebabkan kemampuan untuk mengimpor barang-barang baik bahan baku; input antara; maupun barang modal yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan sektor industri menjadi terbatas pula. Belum lagi ditambah dengan adanya demonstration effect yang dapat menyebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat. Akibat dari lambatnya laju pembangunan sektor industri, seringkali menyebabkan laju pertumbuhan supply barang tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan permintaan.
3. Pengeluaran pemerintah terbatas. Hal ini disebabkan oleh sektor penerimaan rutin yang terbatas, yang tidak cukup untuk membiayai pembangunan, akibatnya timbul defisit anggaran belanja, sehingga seringkali menyebabkan dibutuhkannya pinjaman dari luar negeri ataupun mungkin pada umumnya dibiayai dengan pencetakan uang (printing of money).
Dengan adanya structural bottlenecks ini, dapat memperparah inflasi di Negara berkembang dalam jangka panjang, oleh karenanya fenomena inflasi di negara-negara yang sedang berkembang kadangkala menjadi suatu fenomena jangka panjang, yang tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang pendek.
Berbeda dengan kaum monetaris yang memandang inflasi sebagai fenomena moneter, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam sektor moneter akibat dari ekspansi jumlah uang beredar, kaum neo-structuralist menekankan pada struktur sektor keuangan. Dasar pemikiran kaum neo-structuralist ini adalah pengaruh uang terhadap perekonomian terutama ditransmisikan dari supply side atau produksi. Menurut pemikiran kaum neo-structuralist, uang merupakan salah satu faktor penentu investasi dan produksi. Bila jumlah uang yang tersedia untuk investasi melimpah, menyebabkan harga uang (suku bunga) akan murah, maka volume investasi akan meningkat. Dengan meningkatnya volume investasi, volume produksi juga akan meningkat. Sehingga, penawaran barang meningkat, yang pada gilirannya akan menekan tingkat inflasi. Dengan dasar pemikiran yang seperti ini, timbul pendapat bahwa deregulasi di sektor finansial dan peningkatan jumlah uang beredar akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi seraya menekan inflasi.
Kaum strukturalis berpendapat, bahwa selain harga komoditi pangan, penyebab utama terjadinya inflasi di negara-negara berkembang adalah akibat inflasi dari luar negeri (imported inflation). Hal ini disebabkan antara lain oleh harga barang-barang impor yang meningkat di daerah asalnya, atau terjadinya devaluasi atau depresiasi mata uang di negara pengimpor. Menurut kesimpulan dari penelitian M.N. Dalal dan G. Schachter (1988), bila kontribusi impor terhadap pembentukan output domestik sangat besar, yang artinya sifat barang impor tersebut sangat penting terhadap price behaviour di negara importir, maka kenaikan harga barang impor akan menyebabkan tekanan inflasi di dalam negeri yang cukup besar. Selain itu, semakin rendah derajat kompetisi yang dimiliki oleh barang impor (price inelastic) terhadap produk dalam negeri, akan semakin besar pula dampak perubahan harga barang impor tersebut terhadap inflasi domestik.
Sumber
http://www.blogcatalog.com/blog/jurnal-akuntansi

INDONESIA PEMENANG DARI KRISIS EKONOMI GLOBAL

JAKARTA - Krisis ekonomi global yang terjadi sekarang ini nampaknya merupakan sebuah proses dalam mencari 'keseimbangan baru' di dunia. Dan sebagai sebuah proses pasti ada yang unggul (winners) dan ada juga yang malah meredup (loosers).

Menurut ekonom dari UBS Investment Research, Andrew Cates dalam laporan terbaru 'Tectonic Economics', negara-negara yang ekonominya melaju dengan cepat, akan menjadi winners akan membantu untuk terwujudnya keseimbangan baru tersebut.

"Negara-negara yang tengah maju dengan pesat dan memiliki perekonomian yang besar seperti China, Brazil atau Indonesia mempunyai potensi struktural untuk membantu menyeimbangkan perekonomian global. Begitu juga dengan Jepang," kata Andrew dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (26/2/2010).

Dalam laporannya tersebut, ia membuat indeks yang mengidentifikasi negara-negara 'Pemenang' (winners) dan negara-negara yang 'Kalah' (losers) dari keseimbangan baru tersebut. Ini bukan hanya menggambarkan re-distribusi pertumbuhan dalam ekonomi dunia, tetapi juga di mana ekuitas dan nilai tukar yang nyata berada.

"Yang termasuk dalam kategori negara-negara Pemenang adalah China, India, dan Indonesia yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar di Asia, bersama dengan Filipina dan Malaysia. Dari Amerika Latin, Brazil, Meksiko dan Argentina juga berkerja dengan baik," imbuh dia.

Sementara itu yang masuk dalam kategori 'kalah' adalah negara-negara di Eropa Timur dan Barat dengan Jerman sebagai pengecualian.

Dia juga menyimpulkan bahwa nilai tukar yang tidak konsisten bukan penyebab utama dari ketidakseimbangan ekonomi dunia. Akan tetapi, pertumbuhan produktivitas diferensial, demografi, insentif tabungan dan investasi serta ketidakpastian merupakan sumber permasalahannya.

Akan tetapi keseimbangan, jika hal ini terjadi, akan menuntut biaya. Merosotnya permintaan di Amerika Serikat dan sebagian besar negara-negara di Eropa( Barat dan Timur), tidak dapat dihindari akan menyebar tempat lain. Keseimbangan, dengan segala kemungkinan, akan didampingi dengan pertumbuhan ekonomi global moderat di sepuluh tahun kedepan.

sumber

http://economy.okezone.com/read/2010/02/26/320/307361/indonesia-pemenang-dari-krisis-ekonomi-global

Riset Ilmiah

Pengertian Riset menurut beberapa sumber :

Dalam kamus Webster,yang dimasud Riset adalah memeriksa atau mencari kembali.

Ndraha (1981) mengartikan Riset sebagai suatu pemeriksaan atau pengujian yg teliti dan kritis dalam mencari fakta.

Nazir (1988) mendefinisikan Riset lebih jelas yaitu suatu usaha untuk menemukan suatu hal dengan metode yg ilmiah. Oleh karena itu,riset memiliki 3 unsur penting yaitu sasaran,usaha untuk mencapai sasaran serta metode ilmiah.

Jadi, menurut pendapat saya Riset Ilmiah disebut sebagai hasil berpikir ilmiah dalam menyediakan informasi yg efektif dan efisien bagi pengguna dalam rangka pemeriksaan atau pengujian yg teliti dan kritis dalam mencari fakta.

HAL PENTING RISET ILMIAH ADALAH:

  • OBSERVASI LANGSUNG TERHADAP FENOMENA (DIRECT OBSERVATION OF PHENOMENA)
  • VARIABE-VARIABEL, METODE-METODE DAN PROSEDUR-PROSEDUR RISET DIDEFINISIKAN DENGAN JELAS (CLEARLY DEFINED VARIABLE, METHODS AND PROCEDURES).
  • HIPOTESIS-HIPOTESIS DIUJI SECARA EMPIRIK (EMPIRICALLY TESTABLE HYPOTHESES).